Pencarian

Senin, 25 Juni 2012

PAKAN TERNAK TERNAK DARI LIMBAH


MUSIM KEMARAU: PAKAN TERNAK LIMBAH
Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan diperoleh dari beragam sumber. Persiapan pengadaan pakan ternak alternatif bilamana Pakan Rumput atau Hijauan sulit untuk didapatkan khususnya dimusim kemarau
: Produksi tahu, tempe, tapioca, kecambah, dan huller penggilingan padi pada umumnya banyak diusahakan sebagai industri kecil dan industri rumah tangga seperti pembuatan minyak kelapa di pedesaan. Limbah atau sisa ampasnya masih banyak yang dipasarkan mentahan belum diolah menjadi komoditi produk yang memiliki nilai tambah produksi di pedesaan. Kadang ampas atau limbah produksi pada musim basah tidak laku dijual dan membusuk menjadi kotoran yang menimbulkan bau yang tidak sedap. Begitu juga sisa-sisa limbah sayuran pasar setiap hari hanya menimbulkan kotoran, belum termanfaatkan dan jumlahnya cukup banyak. Bahan-bahan untuk membuat 20 kg ransum basah adalah sebagai berikut: Dedak 3 kg; Ampas (Tahu, Kelapa, Ubi) 3 Kg/masing-masing bagian; sisa-sisa tanaman dan hijauan 4 kg; Tapioca ½ kg; Garam Dapur 100 gr; Air Bersih 10 liter. Kandungan Ransum Basah: Serat – karbohidrat – protein – garam – dan air (untuk membuat ransum dalam jumlah besar/banyak bahan tinggal mengalikan kelipatan jumlahnya saja). Cara Membuat: Semua bahan yang sudah ditakar sesuai dengan bahan yang akan dibuat ransum, bahan-bahan dicampur dan diaduk jadi satu pada bak atau wadah besar atau yang lebih baik menggunakan drum yang bersih sekaligus menjadi tempat untuk memasaknya di atas tungku api. Bila adonan sudah menjadi seperti bubur encer, panaskan sampai mengental. Aduk terus selama proses memasak/memanaskan di atas api, jaga jangan sampai hangus pada bagian bawah dan atasnya. Proses pemanasan cukup sampai mengental/padat. Angkat dan dinginkan di lantai. Cetak adonan masak/pakan pada alas jemur bedek bambu. Ukuran tebal 2,5 – 3 cm, panjang 30 cm dan lebar (ukuran kertas polio). Cetakan dapat dibuat dari bingkai bambu. Jemur dan bolak balik sesuai keadaan. Kekeringan kadar air sampai 14%. Simpan ransum pada kaleng dan tutup rapat untuk persediaan ransum sehari-hari ternak peliharaan. Berikan ransum ternak sesuai kebutuhan. Cara Pemberian Ransum pada Ternak: Bila tidak melakukan penjemuran/mengeringkan ransum/ransum basah setelah dimasak dapat langsung diberikan dengan cara tambahkan lagi air dingin agar ransum menjadi bubur encer dan berikan pada ternak. Ransum padat/kering seduh/rendam dengan air panas/dingin, bila sudah hancur buat seperti bubur hancur dan berikan pada ternak sapi, kuda, kambing, babi dan unggas bebek, angsa dan kalkun (dosis 1 kg ransum + 5 liter air) untuk 1 x makan tambahan per hari per ekor sapi. Kata Kunci: Limbah atau sisa ampasnya masih banyak yang dipasarkan mentahan belum diolah menjadi komoditi produk yang memiliki nilai tambah produksi di pedesaan.

: Pemanfaatan Hasil Ikutan Pertanian Untuk Pakan Ternak. Peningkatan popolusi ternak masih terpaku pada kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan tanaman pakan ternak. Hilangnya areal padang penggembalaan umum serta pengurangan lahan sebagai akibat semakin diintesifkannya usaha tanaman pangan dan peningkatan kebutuhan lahan akibat perkembangan kawasan industri maupun pemukiman mengakibatkan luas areal sumber tanaman pakan ternak semakin berkurang. Dengan demikian ketersediaan pakan hijauan, khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan awal hujan dianggap sebagai masalah paling utama. Dan pada masa musim kemarau yang berkepanjangan merupakan musim paceklik. Dalam usaha peternakan, pakan merupakan faktor yang sangat menentukan. Pakan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, domba atau kerbau sebagian besar berupa hijauan. Bagi para peternak yang lebih maju umumnya juga telah memberi pakan konsentrat terutama untuk penggemukan (ternak potong) dan induk laktasi (ternak perah).Apabila kita mau melihat potensi bahan pakan limbah (hasil ikutan) dari tanaman pertanian, perkebunan dan industrinya, maka kekhawatiran tersebut seharusnya tidak perlu terjadi. Hasil ikutan pertanian tersebut memiliki potensi sebagai sumber pakan ternak ruminansia dan monogastrik, walaupun ada kelemahannya seperti nilai nutrisinya rendah, serat kasar yang tinggi, penyimpanannya memerlukan ruangan yang besar dan cepat rusak namun hal tersebut dapat diatasi dengan proses pengelolahan seperti pencacahan, pengepresan,fermentasi, penepungan dan penggilingan. Hasil ikutan pertanian selama ini kurang dirasakan oleh peternak di daerah karena mereka masih berkesempatan untuk mencari rumput alam yang tumbuh tanpa dibudidayakan (native grass) walaupun lokasinya cukup jauh. Manfaat hasil ikutan (limbah) pertanian sangat dirasakan atau dibutuhkan pada saat (1) Jumlah ternak yang diusahakan banyak; (2) Musim kemarau (sulit pakan terutama hijauan); (3) Tenaga kerja terbatas (terutama pada saat musim tanam, panen dan lain-lain) (4) Populasi ternak di wilayah bersangkutan padat dan (5) Lahan pertanian dibudidayakan secara intensif. Hasil ikutan pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia antara lain:
Hasil Ikutan Tanaman Padi: Hasil ikutan tanaman padi dapat berupa jerami padi dan dedak padi. Jerami padi merupakan pakan sumber serat sedangkan dedak padi kualitasnya sangat bervariasi, dapat berfungsi sebagai sumber serat atau sumber serat dan energi. Jerami padi lambat tercerna sehingga dalam saluran pencernaan dibutuhkan waktu sekitar 81,67 jam. Jerami merupakan hasil ikutan tanaman pertanian yang paling potensial dan terdapat hampir di seluruh daerah di Indonesia dengan produksi sekitar 52 juta ton bahan kering per tahun. Dari jumlah tersebut sebagian besar dihasilkan di Pulau Jawa dan Bali. Jerami padi cukup potensial sebagai pakan ternak ruminansia, tetapi tidak dapat digunakan sebagai pakan tunggal. Jerami padi dapat menggantikan 10 % hijauan segar untuk kambing dan domba. Apabila digunakan bersamaan dengan konsentrat, maka jerami padi fermentasi dapat menggantikan rumput segar sebanyak 30 %.Di Jawa Timur pemanfaatan jerami padi sangat tinggi dan telah terjadi persaingan untuk kebutuhan : (1). Mulsa (penutup lahan); (2) Pakan ternak; (3) Bahan baku pembuatan kertas dan (4) Media budidaya tanaman jamur. Pemanfaatan dedak padi sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Nutrisi dedak padi sangat bervariasi bergantung pada jenis padi dan jenis mesin penggiling. Dedak padi dapat menggantikan kosentrat komersial hingga 100%, Terutama dedak padi kualitas baik yang biasa disebut dengan bekatul. Kata Kunci: Jerami padi dapat menggantikan 10 % hijauan segar untuk kambing dan domba. Apabila digunakan bersamaan dengan konsentrat, maka jerami padi fermentasi dapat menggantikan rumput segar sebanyak 30 %.



Hasil Ikutan Tanaman Jagung: Hasil ikutan tanaman jagung dapat berupa jerami, tumpi, kulit buah (klobot), dan tongkol; merupakan pakan sumber serat. Tumpi jagung merupakan hasil ikutan perontokan jagung pipilan yang tersedia cukup kontinyu dan berlimpah, terkadang menimbulkan masalah dalam pembuangan atau penyimpanannya terutama pada saat panen raya. Tumpi jagung tanpa perlakuan dapat menggantikan kosentrat komersial hingga 75 %. Satu hektar jagung dapat menghasilkan pakan untuk memelihara 2 s.d 3 ekor sapi perhektar, bila 2 kali panen maka jumlah sapi dapat 4 s.d 6 ekor. Hijauan jagung atau daunnya dari tanaman setelah diambil buah jagungnya dapat dibuat silase dengan cara menambahkan urea dengan kadar 0.45% (4.5 kg/ton silase) dapat meningkatkan protein silase dari 8.3% menjadi 13.3% bahan kering dan ini memenuhi kebutuhan protein sapi potong dan sapi perah. Kata Kunci: Tumpi jagung tanpa perlakuan dapat menggantikan kosentrat komersial hingga 75 %.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIpx7I5pE0znyxJnLi3m8oc8jJDjaUMCiK99jKMn1die2w8cWVJv4p6X2PVKdyMBmU8hGvplUw3aSjoL0EsxNUEr4WrRz7kJrte5h9EIbJqyhpN11M_4j9ecm228V8mvkH0LjLJS570cEu/s400/4.gif

Hasil Ikutan Ubi Kayu: Hasil ikutan tanaman ubi kayu sebesar 54,2% digunakan untuk pangan dan sisanya sebesar 19,7% untuk bahan baku industri seperti tepung tapioka, untuk industri pakan ternak (1,8%) dan industri non pangan lainnya (8,5%) serta dieksport (15,8%). Hasil ikutan ubikayu yang banyak digunakan sebagai pakan ternak adalah onggok, dan gaplek afkir. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agro industri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7% dari total produksi ubi kayu nasional. Pemanfaatan onggok dalam kosentrat penggemukan, dan pembesaran dapat mencapai 60%. Pencapaian target pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 1 kg dapat mudah dicapai apabila digunakan bahan pakan dasar berasal dari ubikayu atau hasil ikutannya. Kata Kunci: Pemanfaatan onggok dalam kosentrat penggemukan, dan pembesaran dapat mencapai 60%. Pencapaian target pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 1 kg dapat mudah dicapai apabila digunakan bahan pakan dasar berasal dari ubikayu atau hasil ikutannya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtEh5HeCeJKbpwpuClMsO2GfU1mr3_2BUXZVC0jgQllDQ4jSiKsIGJMREvq7X1QOyv-UV02ZulaHEhIOIiF3iRyQbIL1qRcULv9jh47nxP6Fc-lBDlm7ZslDHSy9g16l-ix3kNmMNul4c1/s400/5.jpg
Hasil Ikutan Tanaman Kedelai: Hasil ikutan tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang mempunyai nilai biologis tinggi. Penggunaan kedelai sebagai pakan ternak ruminansia belum umum digunakan di Indonesia karena harganya mahal, persaingan untuk kebutuhan pangan dan ternak monogastrik. Hasil ikutan kedelai yang banyak digunakan sebagai pakan ternak ruminansia adalah kulit buah (polong), batang dan kulit polong, kulit ari biji, ampas tahu, ampas kecap dan kedelai afkir.Kedelai dan ikutannya dapat digunakan semaksimal mungkin bergantung kepada ketersediaan dan harga bahan di lokasi setempat. Ampas tahu dan kulit ari biji sangat baik diberikan pada sapi menyusui atau penggemukan, dapat menggantikan kosenrat komersial hingga 75%. Untuk sapi penggemukan, pemberian ampas tahu dalam waktu yang lama (> 6 bulan) dan dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tekstur daging kurang padat dan berlemak. Kata Kunci: Ampas tahu dan kulit ari biji sangat baik diberikan pada sapi menyusui atau penggemukan, dapat menggantikan kosenrat komersial hingga 75%. Untuk sapi penggemukan, pemberian ampas tahu dalam waktu yang lama (> 6 bulan) dan dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tekstur daging kurang padat dan berlemak.

Hasil Ikutan Tanaman Kacang Tanah: Hasil ikutan budidaya kacang tanah adalah jerami dan kulit kacang tanah. Pemanfaatan kulit kacang tanah sebagai pakan ternak belum umum dilakukan, sebagian besar hanya dibuang atau dibakar. Penggunaan kulit kacang tanah untuk ransum; sapi pembibitan, pembesaran dan penggemukan dapat mencapai 20% dalam ransum. Bahan baku pakan ini umumnya diberikan dalam bentuk segar karena apabila dilayukan dapat menurunkan pelatabilitas dan juga kualitasnya. Kata Kunci: Penggunaan kulit kacang tanah untuk ransum; sapi pembibitan, pembesaran dan penggemukan dapat mencapai 20% dalam ransum.

Hasil Ikutan Tanaman Kelapa Sawit: Hasil ikutan tanaman kelapa sawit berpotensi sebagai pakan sumber serat dan protein antara lain berupa bungkil inti. Lumpur, serat buah, tandan buah kosong, daun dan pelepah. Setiap ha sawit dapat menghasilkan 10 -15 ton tandan buah segar (TBS) pertahun. Hasil ikutan cair 1 m3/ton TBS; tandan kosong 0,2 ton basah/tonTBS; serat buah 0,13 ton kering/ton TBS; 0,05 ton kering/ton TBS; pelepah 10,5 ton kering/ton TBS dan batang 70 ton kering/ha/25 tahun.. Sabut sawit tergolong serat bermutu rendah dengan kandungan lignin tinggi, protein, kecernaan dan palatabilitasnya rendah. Penggunaan dalam ransum ruminansia sekitar 25-30 %.

Hasil Ikutan Tanaman Kelapa: Hasil ikutan tanaman kelapa yang banyak digunakan sebagai pakan ternak adalah bungkil kopra. Pemanfaatan bungkil kopra sebagai pakan ternak ruminansia telah umum digunakan sehingga harga kopra dipasaran cukup mahal. Penggunaan bungkil kopra dalam konsentrat sapi perah dan sapi potong berkisar antara 10 persen hingga 25 persen.

Hasil Ikutan Pengolahan Buah Coklat: Hasil likutan pengolahan buah coklat yang berpotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak adalah kulit (pod) luar dan kulit biji (ari). Pada sapi penggemukan yang diberikan pakan 75% konsentrat dan 25% hijauan,maka peran hijauan dapat digantikan 100% oleh pod kakao. Hasil penelitian penggunaan pod kakao pada ternak ruminansia, bahwa pemakaian pod kakao pada taraf 30% tanpa pengolahan, dapat menurunkan kecernaan in- vitro. Pemanfaatan untuk usaha pembibitan dapat mencapai 20% dalam kosentrat komersial. Pod kakao segar mudah busuk dan untuk penyimpanannya perlu dikeringkan. Teknologi pengeringan yang mudah dan murah adalah dengan menggunakan sinar matahari. Kata Kunci: Pemanfaatan untuk usaha pembibitan dapat mencapai 20% dalam kosentrat komersial.

Hasil Ikutan Tanaman Tebu: Hasil ikutan tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah daun tebu, ampas tebu (bagase), blotong dan tetes (molases). Ampas tebu banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas dan media budidaya jamur. Tetes telah umum digunakan sekitar 5 s.d 7 % yang berfungsi sebagai pelekat pakan dan penambah kesukaan (palatabilitas).Pucut tebu dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia. Meskipun pucuk tebu potensinya cukup besar, namun angka pemanfaatannya relatif masih rendah (3.5), hal ini disebabkan antara lain turunnya pelatabilitas yang cukup besar apabila dikeringkan dengan mesin pengering, hasilnya tetap hijau dan berbau manis,. Biasanya untuk ekspor dilakukan pengeringan dengan mesin pengering. Negara kita kaya akan tanaman pertanian tetapi masih sedikit yang dapat kita gali dan dimanfaatkan untuk pakan ternak terutama limbah pertanian yang sebetulnya masih memungkinkan untuk dapat kita manfaatkan secara optimal, mari kita perdayakan sumber-sumber yang ada di negeri kita ini untuk memajukan peternakan ini


TEKNOLOGI PAKAN LENGKAP SOLUSI BAGI PERMASALAHAN PAKAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING

TEKNOLOGI PAKAN LENGKAP SOLUSI BAGI PERMASALAHAN PAKAN TERNAK
DOMBA DAN KAMBING

Banyak calon peternak ataupun calon investor peternakan khususnya domba dan
kambing yang mengurungkan niatnya ketika harus berhitung dengan permasalahan
hijauan pakan ternak. Mereka menjadi ragu ketika harus menyediakan luasan lahan
tertentu untuk menanam hijauan pakan ternak dengan segala permasalahan tata
laksana pemeliharaannya. Bahkan di tingkat peternak kecilpun tidak jarang terjadi
ketika musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual sebagian ternaknya
untuk mengatasi terbatasnya hijauan yang tersedia. Akankah hal seperti ini harus
terjadi selamanya ?
Jawabannya tentu tidak. Sebuah teknologi pengembangan peternakan domba dan
kambing tanpa rumput sudah ditemukan. Menurut Ir. Didik Eko Wahyono pemilik
formula pakan lengkap (complete feed) yang juga merupakan pengurus DPD HPDKI
propinsi Jawa Timur, dengan menggunakan complete feed ternak domba dan
kambing tidak perlu diberi hijauan lagi.
Keunggulan Complete Feed
Disamping mengandung nutrisi yang seimbang, keunggulan complete feed dibanding
bahan pakan lain adalah harganya yang lebih murah. Hal ini dimungkinkan karena
complete feed dibuat dari bahan baku limbah pertanian dan agroindustri ditambah
perlakuan suplementasi bahan-bahan bernilai nutrisi tinggi. Keunggulan lainnya
antara lain (1) hemat dalam penggunaan tenaga kerja (tenaga kerja 1 orang untuk
100-150 ekor), (2) mudah diaplikasikan, (3) waktu penggemukan relatif pendek (3-4
bulan), (4) pertumbuhan bobot badan cukup tinggi (150-200 gr/ekor/hari, (5)
praktis dan ekonomis (1 ekor domba membutuhkan 1 kg/hari dan harga relatif
murah Rp. 700,-/kg).
Karena keunggulannya tersebut penggunaan complete feed pada ternak domba
setiap tahunnya terus meningkat. Memang diperlukan masa adaptasi untuk
mengubah pakan ternak dari yang biasa diberikan ke pemberian complete feed.
Untuk mempercepat proses adaptasi pakan, ternak dapat diberi jamu yang juga
dibuat oleh Pak Didik. Menurutnya jamu ternak dibuat dari ekstrak bahan organik
yaitu empon-empon melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme efektif. Manfaat
dari jamu ternak adalah untuk (1) mempercepat adaptasi ternak menggunakan
pakan kering, (2) merangsang nafsu makan ternak dan meningkatkan efisiensi
pencernaan, (3) meningkatkan kesehatan ternak dan (4) mengurangi bau kotoran
ternak.
Proses Pembuatan
Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan complete feed antara lain (1)
sumber serat kasar (jerami kedelai, tongkol jagung, pucuk tebu dan lain-lain), (2)
sumber energi ( pollard, dedak padi, bungkil tapioka atau gamblong, tetes atau
molasses dan lain-lain), (3) sumber protein (bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil
miyak biji kapok atau klenteng, kulit kopi, kulit kakao dan lain-lain), (4) sumber
mineral (urea, tepung tulang, mineral mix, garam dapur dan lain-lain).
Pembuatan pakan lengkap dapat dilakukan melalui pengolahan dengan mesin-mesin
skala kecil yang dilaksanakan pada tingkat kelompok tani, maupun mesin-mesin
skala besar. Meskipun demikian, secara umum proses pengolahannya relatif sama.
Pertama, siapkan bahan baku sumber serat sesuai formulasi di dekat pemasukan
mesin. Selanjutnya, masukkan bahan baku secara bersamaan antara bahan yang
mempunyai berat jenis rendah dan berat jenis tinggi, untuk mengefisienkan
kapasitas proses produksi. Setelah semua sumber serat terproses dan masuk ke
mesin mixer, tambahkan pakan starter langsung ke dalam mixer. Proses
pencampuran pakan dalam mixer antara bahan sumber serat dan pakan starter
cukup 10 menit, kemudian pakan lengkap siap untuk dikeluarkan dan dikemas. Berat
setiap kemasan, dibuat sesuai kebutuhan antara 25 – 50 kg, dan pakan lengkap siap
untuk diedarkan.
Analisa usaha
Dari hasil evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa pendapatan bersih usaha
penggemukan domba yang menggunakan complete feed lebih tinggi dari pada
pendapatan bersih usaha penggemukan domba yang menggunakan pakan rumput
dan konsentrat. Pendapatan bersih penggemukan domba dengan menggunakan
complete feed dan yang menggunakan pakan rumput dan konsentrat, masingmasing
adalah sebesar Rp. 152.700,- per ekor dan Rp 20.400,- per ekor. Selamat
mencoba, semoga berhasil.
Sumber : Pengamatan lapangan dan wawancara dengan Ir. Didik Eko Wahjon

DISAIN FOTO KANDANG kAMBING









TERNAK KAMBING

    BUDIDAYA PETERNAKAN

1. PENDAHULUAN
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai
usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil
produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah.
Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika
pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif),
pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tiga
hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit,
makanan, dan tata laksana.
2. BIBIT
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk
pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging,
kambing etawah untuk produksi susu, dll).
Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu
bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
Ciri untuk calon induk:
1) Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus,
tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
2) Jinak dan sorot matanya ramah.
3) Kaki lurus dan tumit tinggi.
4) Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan
bawah rata.
5) Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
6) Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
BUDIDAYA PETERNAKAN

Ciri untuk calon pejantan :
1) Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih
tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu
kawin) tinggi.
2) Kaki lurus dan kuat.
3) Dari keturunan kembar.
4) Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
3. MAKANAN
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak.
Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral,
mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh.
Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput)
dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil
kelapa, vitamin dan mineral).
Cara pemberiannya :
- Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan
kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per ekor per hari, dan garam
berjodium secukupnya.
- Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang
sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur
sebanyak 0,5 - 1 kg/ekor/hari.
4. TATA LAKSANA
1) Kandang
Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal
berjarak 5 meter dari rumah).
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor
 BUDIDAYA PETERNAKAN

2) Pengelolaan reproduksi
Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6 s/d 10 bulan, dan
sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan
mencapai 55 - 60 kg.
b. Lama birahi 24 - 45 jam, siklus birahi berselang selama 17 - 21 hari.
c. Tanda-tanda birahi : gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor
sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau/diam bila
dinaiki.
d. Ratio jantan dan betina = 1 : 10
Saat yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah :
a. Masa bunting 144 - 156 hari (± 5 bulan).
b. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan.
3) Pengendalian Penyakit
a. Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi
kandang yang baik, makanan yang cukup gizi dan vaksinasi.
b. Penyakit yang sering menyerang kambing adalah: cacingan, kudis
(scabies), kembung perut (bloat), paru-paru (pneumonia), orf, dan
koksidiosis.
4) Pasca Panen
a. Hendaknya diusahakan untuk selalu meningkatkan nilai tambah dari
produksi ternak, baik daging, susu, kulit, tanduk, maupun kotorannya. Bila
kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur
sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar permintaan akan kambing
cukup tinggi.
b. Harga diperkirakan berdasarkan : berat hidup x (45 sampai 50%) karkas x
harga daging eceran.
BUDIDAYA PETERNAKAN

5. CONTOH ANALISA USAHA TERNAK KAMBING
1) Pengeluaran
a. Bibit
- Bibit 1 ekor pejantan = 1 x Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
- Bibit 6 ekor betina = 1 x Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-
Total Rp. 1.450.000,-
b. Kandang Rp. 500.000,-
c. Makanan Rp. 200.000,-
d. Obat-obatan Rp. 100.000,-
Total Pengeluaran Rp. 2.250.000,-
2) Pemasukan
a. Dari anaknya
Jika setelah 1 tahun, ke 6 produk menghasilkan 2 ekor, jumlah kambing
yang bisa dijual setelah 1 tahun = 12 ekor.
Jika harga tiap ekor Rp. 150.000,- maka dari 12 ekor tersebut akan
dihasilkan : 12 x Rp. 150.000,- = Rp. 1.800.000,-
b. Dari induk
Pertambahan berat induk 50 gram per ekor per hari, maka setelah 2 tahun
akan dihasilkan pertambahan berat : 7 x 50 gr x 365 = 127,75 kg.
Total daging yang dapat dijual (7 x 15 kg) + 127,75 kg = 232,75 kg.
Pendapatan dari penjualan daging = 232,75 kg x Rp. 10.000,-=
Rp.2.327.500,-
c. Dari kotoran :
Selama 2 tahun bisa menghasilkan ± 70 karung x Rp. 1.000,- = Rp.
70.000,-
3) Keuntungan
a. Masuk:Rp.1.800.000+Rp. 2.327.500+Rp. 70.000 Rp. 4.197.500,-
b. Keluar:Rp.1.450.000+Rp.500.000+Rp.200.000+Rp.100.000 Rp. 2.250.000
c. Keuntungan selama 2 th: Rp. 4.197.500,- Rp. 2.250.000 Rp. 1.947.500,-
atau Rp. 81.145,- per bulan.
6. SUMBER
Brosur Ternak Kambing, Dinas Peternakan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta
Pusat (tahun 1997).
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

Teknologi Pemupukan Karet Rakyat




Kegiatan penelitian dan pengkajian pemupukan masih perlu dikaji lebih lanjut dihubungkan dengan kesesuaian agroekosistem spesifik lokasi dan pola kultur teknis pada masyarakat tani di wilayah tertentu. Demonstrasi pemupukan dilakukan pada tanaman karet rakyat yang telah menghasilkan (TM) seluas + 2 ha . Kriteria umur tanaman karet berkisar antara 6 - 10 tahun pada lahan yang belum optimal dilakukan pemupukan. Teknologi Pemupukan Pemupukan akan dilakukan dengan dosis sesuai yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Karet Sembawa (2003) seperti yang disajikan pada Tabel 1. Frekuensi pemupukan dilakukan dua kali per tahun dengan interval waktu 6 bulan. Pupuk diberikan secara tugal melingkar batang dengan jarak 100-125 cm dari pokok batang.

Tabel 1. Aplikasi Paket Demonstrasi Teknologi Pemupukan dan Paket Petani (kontrol) yang diterapkan 


Paket Teknologi
Paket Petani (kontrol)
Paket Demonstrasi

Penyiapan lahan
Manual
Olah Tanah Sempurna

Pemilihan varietas
Lokal/acak
Unggul

Pemupukan
Tidak/Minimal
-Urea 400 gr/pohon/tahun
-SP 36 350 gr/pohon/tahun
-KCl 300 gr/pohon/tahun

Penyiangan
Tidak dilakukan
2 x setahun

Pembumbunan
Tidak dilakukan
1 x setahun

Pengelolaan gulma dan bahan organik
Tidak dilakukan
Manual dengan pemberian bahan organik

Pengendalian OPT
Tidak dilakukan
PHT

Panen
Manual tidak terjadwal
Manual terjadwal

Pasca panen
Manual
Manual

Aplikasi Pemupukan Pertama
Aplikasi pemupukan pertama yang diberikan pada tanaman karet menghasilkan dilakukan dengan berpedoman pada dosis pemupukan yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Karet Sembawa (2003), yaitu dengan dosis : Urea: 175 gram/pohon/aplikasi, SP-36 : 130 gram/pohon/aplikasi, dan KCl: 150 gram/pohon/aplikasi.
Pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
membuat parit atau alur memanjang pada gawangan atau di tengah-tengah antara barisan tanaman,
membersihkan gulma disekitar parit/alur, pupuk ditaburkan ke dalam parit sesuai dosis dengan syarat pupuk Sp-36 dan Urea tidak boleh dicampurkan tempatnya.
Pupuk diberikan secara tugal melingkar batang dengan jarak 100-125 cm dari pokok batang, parit yang sudah ditaburi pupuk ditutup kembali dengan tanah.
Waktu pemupukan dilakukan dua kali per tahun dengan interval waktu 6 bulan, yaitu awal musim hujan (Maret - Mei) dan akhir musim hujan (Oktober - Nopember).
  Pemupukan pertama sudah dilakukan pada bulan Mei tahun 2009. Kegiatan berikutnya adalah melakukan pengawasan pemeliharaan tanaman setelah dilakukan pemupukan pertama, monitoring dan peningkatan keterampilan petani yang dapat dilakukan secara informal melalui diskusi, pertemuan dan koordinasi yang diupayakan selalu dilakukan dengan kontinu dan regular.
Pemupukan tanaman karet umur 10 - 20 tahun sangat diperlukan guna peningkatan produksi. Disamping pemupukan penyiangan juga sangat diperlukan untuk menghindari supaya jangan terjadi persaingan tanaman karet dengan gulma untuk menghindari terjadi persaingan dalam penyerapan unsur hara. Penyiangan umumnya dilakukan sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma di lapang dan biasanya berkisar 3-4 kali dalam setahun.
 Pemeliharaan tanaman yang sedang dilakukan adalah penyiangan berupa pembersihan piringan disekeliling tanaman karet yang telah dilakukan pemupukan dan pembersihan gawangan dari gulma.

Peningkatan Produktivitas Karet
 Produksi karet tahunan dipengaruhi oleh musim, dimana produksi normal sekitar 8-10 bulan (MH) sedangkan produksi rendah sekitar 2-4 bulan yaitu pada waktu musim gugur, dimana produksi bias berkurang sampai 50% dari produksi normal.
 Petani umumnya mampu menghasilkan 20 sampai 30 keping getah/bokar (ha/th). Dimana rata-rata berat kepingan bokar berkisar antara 40 – 60 kg.
 Hasil pengamatan terhadap peningkatan produksi bokar karet pengaruh pemupukan disajikan pada Tabel 2. Terlihat bahwa terjadi peningkatan produksi bokar dengan adanya pemupukan pada tanaman karet. Terjadi peningkatan 10% pada 3 bulan setelah pemupukan, dan peningkatan 20% setelah 6 bulan.

Tabel 2. Peningkatan produksi bokar pengaruh pemupukan pada karet (TM)
Pemupukan
Produksi bokar sebelum dan setelah pemupukan (kg/ha)/bulan
Sebelum pemupukan
3 bulan
6 bulan
Tanpa dipupuk (cara petani)
200
200
200
Pemupukan sesuai Rekomendasi
200
220
240